Mailing list
Di era Facebook, Twitter, MySpace, Koprol, YM, dan entah apa lagi, kenapa e-mail dan mailing list dilupakan? Seakan-akan sekarang ini orang-orang bertukar alamat email hanya untuk demi bisa saling mencari dan menghubungi lewat Facebook. Menurut saya, agak aneh.
Saya dan kawan-kawan yang dulu bergiat bersama di organisasi kampus harus berdiskusi lewat "inbox" alias saling berkirim pesan pribadi untuk membicarakan sesuatu. Hasilnya menjadi tidak teratur alias berantakan. Komentar atau pesan balasan sering tidak terbaca karena lupa membuka halaman yang "terlipat" oleh sistem pembagian halaman otomatis dari Facebook. Belum lagi, seringkali banyak orang yang tidak terlibatkan dalam diskusi tersebut (secara tidak sengaja) karena lupa di-tag. Dan ketika mau 'mengundang' atau menambahkan orang lain untuk turut berdiskusi dalam sebuah masalah yang sudah bergulir dalam satu subjek, kita harus membuat subjek baru. Dengan begini, diskusi atau pembicaraan menjadi terpotong-potong, dan otomatis pemahaman dari setiap orang yang terlibat dalam diskusi itu seringkali menjadi timpang.
Selain bersifat pribadi, saya kira email dan mailing list masih menjadi medium diskusi yang terbaik untuk memastikan penyebaran dan pertukaran ide serta gagasan terdistribusi secara merata. Tapi, ya kalau semua orang tak lagi memeriksa emailnya, mungkin alamat email memang cuma sekadar alamat.
Saya dan kawan-kawan yang dulu bergiat bersama di organisasi kampus harus berdiskusi lewat "inbox" alias saling berkirim pesan pribadi untuk membicarakan sesuatu. Hasilnya menjadi tidak teratur alias berantakan. Komentar atau pesan balasan sering tidak terbaca karena lupa membuka halaman yang "terlipat" oleh sistem pembagian halaman otomatis dari Facebook. Belum lagi, seringkali banyak orang yang tidak terlibatkan dalam diskusi tersebut (secara tidak sengaja) karena lupa di-tag. Dan ketika mau 'mengundang' atau menambahkan orang lain untuk turut berdiskusi dalam sebuah masalah yang sudah bergulir dalam satu subjek, kita harus membuat subjek baru. Dengan begini, diskusi atau pembicaraan menjadi terpotong-potong, dan otomatis pemahaman dari setiap orang yang terlibat dalam diskusi itu seringkali menjadi timpang.
Selain bersifat pribadi, saya kira email dan mailing list masih menjadi medium diskusi yang terbaik untuk memastikan penyebaran dan pertukaran ide serta gagasan terdistribusi secara merata. Tapi, ya kalau semua orang tak lagi memeriksa emailnya, mungkin alamat email memang cuma sekadar alamat.
Saatnya kembali ke alam manusia, tinggalkan alam vitual (maya)
ReplyDeleteSoalnya banyak orang yang punya email buat bikin akun di media sosial doang. Mereka lupa khittah email. Gitu Bro! (meureun)
ReplyDeletegk aneh juga... yaa begtiu lha ini zamannya Fb, Tweet, dan Skype... dan orang2 banyak yg mengambil keuntungan dari itu semua....
ReplyDeleteSalam Sahabat : td-Informasi
@Anonymous: alam manusia dan alam maya (kayak alam gaib aja, :)) bisa berjalan beriringan, kok. Keduanya bukan sesuatu yang hitam-putih.
ReplyDelete@Pengelmu: itu intinya, "lupa" akan fungsi dasar email, dan akhirnya internet jauh lebih banyak digunakan untuk bergaul di media sosial, dibandingkan untuk berkirim tulisan, ide, gagasan. Akhirnya bisa memprihatinkan. Dengan gandrungnya kita berbagi komentar singkat dan menjauh dari diskusi, pengguna media sosial bisa hanya mewariskan budaya mengkonsumsi, tidak lebih.
@1327: Nyatanya seperti itu, dan menurut saya, tetap aneh.