PKM sucks!

Sore tadi, sehabis berbuka puasa di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa UPI, seperti biasa saya dan kawan-kawan Isola Pos ngaso bareng di sekre kami yang selalu hangat. Ditemani candil dan kolencang(?), rokok dan air putih (ya, air putih. air dalam dispenser sudah habis dan kami tak bisa minum kopi!), serta alunan musik gado-gado yang diputar WinAmp, kami ngalor-ngidul, keindahan yang cuma bisa saya temui di sekre UPM.

Jam di dinding sekre kami baru memperlihatkan jam 7 malam lebih, karena itu kami merasa santai saja melarutkan diri dalam obrolan santai. Tapi sialannya, engga lama setelah itu (mungkin sekitar jam 19.30an) kami mendengar suara botol minuman ringan plastik yang (seperti) dilempar-lempar.. Ah, saya pikir dalam hati, ini pasti penjaga gedung yang mulai "merengek" minta pulang. Kami teruskan ngobrol, karena kami tahu kalau gedung itu punya jadwal ngantor sampai jam sembilan malam.

Tapi, tak lama, kami mendengar suara gaduh itu lagi, suara botol plastik yang dilempar-lempar, ditendang dan dibanting, terus ketukan kunci pada pintu utama. Tak perlu jadi profesor untuk bisa menerjemahkan semua suara-suara itu sebagai isyarat agar kami segera keluar dari gedung itu. Karena menjadi semakin tak nyaman, kami mencoba mengalah, kami mulai beres-beres untuk pulang. Saat itu Nazla, Ari dan Seni pamit pulang duluan, sementara saya, Lida dan Diki masih "beres-beres", mematikan komputer sambil mengobrol kecil. Eh, sialan, suara gaduh itu makin menjadi-jadi. Apa boleh buat, kami pun keluar ruangan. Dan ketika Diki sudah beberapa meter menjauh dari sekre, terdengar suara dari sesosok orang yang sedikit meliak-liuk (siga nu mabok, anjing!) di tengah gelapnya plasa PKM sambil teriak, "sok buru geura baralik atuh!" (ayo, cepat pulang semua!) sambil mengayun-ayunkan sapunya memukul botol plastik ke dinding.

Saya tidak tahu siapa orang itu, karena penjaga gedung yang saya hafal benar cuma Abeh (pak Engkus), pa Ojon, dan pa Unang. Akhir-akhir ini memang ada beberapa orang yang (kelihatannya) jadi penjaga baru PKM, tapi belum ada dari kami yang benar-benar kenal dengannya.

Gedung PKM, sehari-harinya, secara praktis hanya ditinggali UPM saja. Hampir tidak ada unit kegiatan mahasiswa yang "hidup" disana sampai minimal jam 6 sore. Jadinya, kalau malam, otomatis hanya kawan-kawan UPM yang ngagandengan gedung mewah itu..

Mungkin, ini bulan puasa, dan para penjaga gedung ingin meluangkan waktu lebih di rumahnya masing-masing. Tapi itu bukan alasan yang benar sampai harus mengusir kami dari sekretariat kami sendiri! Kenyataannya, saat itu memang hanya kami yang beraktifitas di gedung itu. Tapi itu bukan alasan yang benar, kan? Masak, hanya karena gedung itu sepi lalu bisa seenaknya menutup paksa. Apa kami bisa disalahkan? NO! So fuck off bagi universitas kalau sampai hak kami untuk beraktifitas dipenggal dengan cara menghadapkan kami dengan penjaga gedung yang bisa tampak seperti preman!!! Anjing!

Comments

  1. jadi teu bebas euy pkm teh...
    masa jam dalapan udah tutup??

    ReplyDelete
  2. mun kitu deui mah BOM weh PKM na. Eh entong ketang lamun di duruk engke sekre UPM pindah kamana?
    kieu weh bejakeun ngaran urang tilu kali pasti manehna reuwas. soklah dijamin

    ReplyDelete
  3. Anonymous02:30

    INDONESIA - My name is Carri. I'm a screenwriter in Los Angeles, California doing research for a TV program on the sleeping habits of children all over the world, ages 6 to 12. I'd like to include children from Indonesia. I'm wondering if you could help me. I'm specifically looking for where children sleep (In the same bedroom with other siblings? On cots? In beds? In a thatched hut?) What their bedtime rituals are. What they dream about. Is there anyone who can point me in the right direction and provide some colorful anecdotes? This is meant to be a sweet piece on children, for children.
    I'm at ckaruhn@msn.com. thank you.

    ReplyDelete

Post a Comment